Jika kamu melewati Lenteng Agung, selintas memang tak akan meninggalkan kesan mendalam. Mungkin kamu hanya akan bergumam ”hmm.. macet ya”. Karena itulah Lenteng Agung, jalanannya lebih akrab dengan padatnya kendaraan bermotor, dibanding tempat wisata ataupun restoran mewah Tapi tunggu dulu. Coba berhenti sejenak di halte Taman Lenteng Agung. Tepat di belakang halte beratap hijau itu, ada sebuah taman publik. Namanya, Taman Lenteng. Taman seluas 2.365 M ini menjadi tempat berkumpul dan bersuka ria masyarakat sekitar dan siapapun yang datang kesana. Setiap sore, riuh tawa anak-anak meramaikan taman ini, mengalahkan suara klakson mobil dan motor yang tak sabar melewati kemacetan. Taman ini memiliki perosotan, dan beberapa mainan lainnya yang sering kita jumpai di Taman Kanak-Kanak (TK). Ibu-ibu pun ikut berkumpul di sana. Ada yang sambil menyuapi anaknya, ada yang sekedar rumpi-rumpi, namun ada juga yang membakar kalori. Yaitu ibu-ibu anggota klub bola voli. Mereka aktif bermain bola Voli di taman ini hampir setiap sore. Tepatnya di sebuah lapangan mini yang multifungsi. Sebagai lapangan voli sekaligus arena main sepeda anak-anak. Adapula sebagian anak-anak yang memanfaatkan ruang-ruang taman berumput hijau untuk bermain bola ala kadarnya. Ruang publik ini memang sederhana namun bermanfaat. Taman seperti ini sudah jarang ditemui di Jakarta. Di taman Lenteng tak ada tiket masuk, satpam, penitipan barang, atau birokrasi lainnya. Kamu hanya tinggal masuk lewat jalan setapak yang dibatasi pagar warna hijau, selanjutnya terserah anda. Taman Lenteng memang tidak seindah dan sepopuler Monas atau Taman Menteng. Tapi taman ini cukup sukses merapatkan kembali sosialisme orang-orang jakarta yang semakin hari semakin individualis. Sumber – bebexbiroe.blogspot.com Temukan semuanya tentang Bisnis & Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis
0 komentar:
Posting Komentar