Jika kita teliti memperhatikan, ternyata dua model celana fenomenal ini bagaikan perputaran roda. Ketika yang satu sedang naik daun, yang satunya akan tenggelam. Setelah itu tren berubah, dimana yang tadinya tenggelam sekarang menjadi populer dan yang tadinya populer sekarang menjadi tenggelam. Siklus itu kembali berulang dan berulang lagi. Sebagai orang yang sudah hidup lebih kurang selama 20 tahun, artinya saya sudah melewati 2 siklus serta informasi dari orang-orang yang lebih tua, ternyata ketika terjadinya pasang surut tersebut masih ada orang yang tidak terpengaruh dengan model celana tersebut. Mereka menggunakan model celana yang sama, terus menerus, bahkan ketika model sudah berganti 2 periode emas. Apakah mereka memang tidak begitu tertarik dengan model yang sedang tren dan merasa nyaman dengan model yang ia kenakan sehingga terus mempertahankannya, atau mereka takut kalau-kalau mereka tidak percaya diri jika mengikuti mode yang sedang in. Entahlah..Yang jelas, mau mengikuti mode atau tidak, bukanlah hal yang wajib dan siapapun berhak menentukan pilihannya. Pertanyaan yang muncul : – kenapa hanya dua model ini saja yang terus eksis dalam kancah pergantian tren model celana? Padahal sebagaimana kita ketahui juga, khususnya di daerah pusat mode Indonesia (Jakarta, Bandung dan Jogja) juga getol mengeluarkan model celana yang berbeda dan inovatif. Ada model gombrong, ada model sayap(karena di sisi kira kanan celana ada sayapnya..hehe), dll. Sayangnya celana-celana “alternatif” ini cepat luntur pamornya, sehingga ketika tren sudah berganti model-model celana ini sudah tidak laku lagi di pasaran. Bahkan terasa aneh jika ada orang yang masih memaksakan untuk memakainya. Sekarang kita tinggal menunggu kapan zaman keemasan celana pensil yang tengah berkibar ini akan luntur dan digantikan oleh celana pria cutbrai yang kata orang zaman sekarang, “itu mah model zaman kapan tau…” Sumber - rezkyanadralee.wordpress.com Temukan semuanya tentang Bisnis & Promosikan Usaha Anda di Iklan Gratis
0 komentar:
Posting Komentar