Krisis global yang melanda Negara Amerika Serikat dan sejumlah negara-negara lainnya tidak membuat pengusaha perhiasan yang berorientasi ekspor menghentikan inovasi dalam menciptakan desain terbaru. "Di tengah badai krisis ini kami justru mampu menciptakan invasi baru membuat desain perhiasaan yang menarik dan indah dengan harga terjangkau," ujar Mieke Sahala, pemilik CV Megrania Putra Nusantara, salah satu Usaha/Industri Kecil Menengah (U/IKM) yang bergerak di bidang perhiasan di Semarang, Sabtu (4/3). Ia mengakui, sejak terjadi krisis global, nilai ekspor perhiasannya mengalami penurunan hingga 20%. Oleh karena itu, dia mencoba mendongkrak omzet penjualan perhiasan dengan mencoba menciptakan desain era krisis global. Salah satu inovasinya yakni menggabungkan desain perhiasaan yang kental dengan seni dan budaya asli masyarakat Indonesia dengan sentuhan modern yang tidak dimiliki oleh desainer negara luar. "Selama ini desain perhiasan dari negara luar cenderung mahal. Tetapi saya mencoba memperkenalkan desain menarik dan indah dengan harga terjangkau," ujarnya. Hasil desain di era krisis global tersebut, katanya, mampu menarik minat pasar domestik dan manca negara."Saat ini respon pasar domestik lebih dahulu menunjukkan pertumbuhan. Mudah-mudahan pasar luar negeri juga akan mengalami pertumbuhan serupa," ujarnya. Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian (Depperin), pada tahun 2008 nilai ekspor perhiasan dan permata mencapai US$1.075,4 juta atau meningkat 19,82% dibanding nilai ekspor tahun 2007 sebesar US$897,5 juta. Kenaikan juga terjadi pada tahun 2007 sebesar 28,57% dibanding nilai ekspor tahun 2006 sebesar 698,1%
0 komentar:
Posting Komentar