Sekitar 30 perempuan berpakaian pengantin gaya Solo, duduk berjajar di teras salon Tania, di Jalan Belimbing, Kota Tegal. Mereka menunggu giliran untuk menunjukkan kebolehan dan hasil riasan, di hadapan puluhan penonton lainnya. Mereka adalah para model bagi peserta lomba rias pengantin.
Peserta lomba rias pengantin adalah alumni sejumlah Lembaga Pendidikan Kejuruan (LPK) di Kota Tegal, yang mendapat bantuan biaya kursus gratis dari pemerintah. Selain rias pengantin, ada pula lomba memotong rambut, dengan kriteria peserta yang sama.
Lomba yang diadakan Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia (HIPKI) Cabang Tegal tersebut untuk menguji kemampuan dan mengingatkan para siswa, agar tidak kehilangan ilmu setelah lulus dari tempat kursus.
Ketua HIPKI Cabang Kota Tegal Yusqon mengatakan, tahun 2008 ada 10 LPK yang mendapat bantuan meliputi enam LPK di bidang tata rias, satu LPK jahit-menjahit, dan tiga LPK komputer. Bantuan berasal dari pemerintah, melalui Pusat Pengembangan Pendidikan Non Formal Informal, dengan nilai bantuan bervariasi Rp 30-Rp 50 juta.
Bantuan tersebut bagi siswa putus sekolah dan tidak mampu yang ingin mengikuti kegiatan kursus sesuai minat dan bakat mereka. Nilai kursus untuk setiap siswa Rp 2 juta.
Menurut Yusqon, tujuan bantuan untuk membantu mengatasi pengangguran di Kota Tegal. Hingga kini, sekitar 250 siswa sudah mendapat bantuan. Namun, belum semua siswa yang lulus dari LPK mampu mandiri atau mendirikan usaha sendiri. Sebagian masih terkendala modal untuk membuka usaha.
Ike Kristina, seorang alumni LPK Tania, mengatakan, kursus gratis sangat membantu masyarakat yang memiliki kemauan, tetapi tidak beruang. Pasalnya, biaya kursus rias pengantin sangat mahal, Rp 2 juta. "Belum termasuk peralatan," kata Ike.
Dia mengikuti kursus Januari- April 2008. Kini, Ike memiliki salon sendiri untuk mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya.
Hal senada mengemuka dari Supriyati (35), peserta kursus dari Salon Andrie. Warga Jalan Ayam, Kota Tegal, itu merasa beruntung berkesempatan kursus memotong rambut gratis.
Ilmu tersebut membantu dirinya meraih penghasilan menopang ekonomi keluarga. Sebelumnya, ibu tiga anak itu hanya mengandalkan penghasilan suaminya, Imam, sebagai pekerja serabutan.
Pemilik Salon Andrie, Sri Kanti (60), mengatakan, peserta yang ingin mengikuti kursus gratis harus membawa rekomendasi dari kelurahan yang menyatakan sebagai warga tidak mampu. Selain itu, ia harus memiliki minat dan bakat, pendidikan minimal SLTP, dan berusia 18-35 tahun. (WIE)
cetak.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar