Di atas meja di dekat sajian rupa-rupa menu, ratusan nasi timbel menir tampak tersusun rapi. Tapi hanya dalam tempo hitungan menit, nasi timbel dengan bungkus daun pisang itu langsung ludes diserbu para pengunjung warung nangka di jalan raya subang-bandung kilometer 9, cijambe, subang, jawa barat.
Kebetulan saat itu pas jam makan siang. Para pengunjung yang membawa nasi timbel menir khas warung nangka antre di meja prasmanan untuk mengambil sendiri sajian lauk-pauk, yang juga khas, sebagai teman makan nasi timbel. Ada ikan gurami bakar, ikan nila bakar, dan ayam bakar.
Di meja prasmanan itu juga tersaji pepes gurami, nila, dan ayam. Tersedia pula gepuk daging sapi dan udang goreng. Lalu sayur asam dan rupa-rupa lalapan dengan sambal terasi khas rumah makan sunda. Pengunjung yang doyan pedas bisa memilih lotek atawa karedok.
Yang cukup menarik adalah tahu goreng khas warung nangka, yang disuguhkan bersama sambal kecap di setiap meja pengunjung sebagai menu camilan. Tahu itu khas karena terbuat dari kedelai hasil produksi petani lokal cijambe.
Arsitektur bangunan warung nangka juga tak kalah menarik. Dindingnya terbuat dari bambu gombong tanpa sekat dan beratapkan ilalang. Nun di sisi timur, terhampar sawah dan perbukitan nan menawan, sehingga kian menambah asyiknya bersantap di warung tersebut.
Rihanto, seorang profesional muda asal karawang, jawa barat, yang menjadi pelanggan tetap warung nangka, mengaku sangat kesengsem oleh sajian nasi timbel menirnya. "rasa nasi timbel menirnya sangat khas dan berbeda dengan nasi timbel biasa," katanya. "pokoknya wangi dan pedo, euy."
selain menyukai nasi timbel menir, rihanto tergila-gila kepada lauk-pauk rumah makan ini. Yang paling diburunya adalah ikan gurami dan nila bakar. "rasanya empuk, kesat, dan tak ada bau amisnya," tutur rihanto.
0 komentar:
Posting Komentar