Mengenai sebesar apa dunia sulap di Indonesia telah menjadi dan akan menjadi nantinya, Deddy punya pandangan sendiri. Menurutnya, mau apapun bentuknya, baik jual mie, alat sulap atau musik, semua ada polanya. Kenapa bisa sampai ada penjual mie gerobak tapi ada juga bakmi GM, atau Indomie?, “Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengikuti industri yang sudah ada. Industri itu menurut siapa? Menurut gue, industri sulap lebih baik daripada industri musik. Tapi menurut pesulap yang dibayar 200 ribu sekali pertunjukan di ulang tahun-ulang tahu,, tidak ada industri sama sekali,” jelasnya. Lalu kenapa industri musik lebih besar di Indonesia? “Tunggu dulu. Kumpulin dulu jumlah band ada berapa, jumlah pesulap ada berapa. Memang jumlah band jauh lebih banyak, tapi yang melarat lebih banyak lagi. Yang terkenal banyak, karena community-nya lebih besar. Indonesian Idols sekali audisi bisa sampai ratusan ribu orang. Sementara cari 5 pesulap untuk The Master itu susah setengah mati. Di Indonesia kenapa rampok itu banyak pribumi? Karena di Indonesia, pribuminya banyak! Coba di Cina, Cina semua yang rampok. Secara komposisi, artinya sulap enggak kalah dari industri lainnya,” tegasnya. Deddy juga kembali menekankan bahwa industrinya selalu ada, tinggal bagaimana kita menyikapinya, “Justru karena pesulap itu masih dikit, masih enak,” lanjutnya. Sepak terjang bapak sulap modern Indonesia ini memang tiada habisnya. Setelah ratusan acara TV, menulis empat buku, striping talkshow, sinetron dan kini film layar lebar, dia membuktikan bahwa seni sulap memiliki kreativitas yang tidak terbatas pula dan mampu berdiri sendiri bersama sektor kreatif lainnya. Temukan info lebih lengkap alat sulap
0 komentar:
Posting Komentar