Bioskop di Bandung, Wisata Hiburan 'Bersejarah'

Film dan bioskop muncul pertama kali pada dekade-dekade awal abad ke-20, yang merupakan ikon modern dari seni hiburan. Tak lama dari proses pengenalannya, bioskop kemudian segera merambah ke segenap penjuru dunia, mengisi waktu luang orang-orang kota saat itu. Ikon modernitas hiburan tersebut kemudian sampai di salah satu kota yang kita kenal punya segudang kreatifitas, Bandung, 100 tahun lalu, sekitar tahun 1907.

Saat itu dua bioskop pertama berdiri di Alun-alun Bandung dalam bangunan tenda semi permanen yang cukup besar. Bioskop-bioskop tersebut adalah 'De Crown Bioscoop' milik seorang bernama Helant dan 'Oranje Electro Bioscoop' milik Michel.


Pertunjukan perdana bioskop-bioskop tersebut berlangsung pada waktu yang hampir bersamaan. De Crown Bioscoop adalah yang tampil lebih dulu. Oranje Electro Bioscoop menyusul tepat seminggu kemudian dengan pertunjukan perdananya pada Sabtu malam, 1 Desember 1907.


Tenda-tenda bioskop tersebut dihias sedemikian rupa dengan dekorasi bendera dan umbul-umbul. Pada salah satu sisi bagian dalam tenda terpampang sebuah layar besar di mana gambar diproyeksikan. Sisi-sisi lainnya ditempeli poster-poster film unggulan yang akan diputar. Lantai tenda tersebut dilapisi vloer dan alas semacam tikar. Walau sarana pertunjukan film terbilang masih sederhana, tenda bioskop ini tampil cukup menghebohkan untuk ukuran seabad lalu.


Saat itu film yang diputar tentu masih bisu. Oleh karena itu, Michel sang pemilik bioskop menyediakan sebuah orgel-elektrik yang besar sebagai instrumen pengiring gambar-gambar bisu yang ditampilkan. Pertunjukan film dimulai pukul tujuh malam. Namun, beberapa waktu sebelumnya, suara musik dari orgel Oranje Electro Bioscoop telah terdengar meramaikan atmosfer alun-alun. Musik dari orgel tersebut segera menarik perhatian publik untuk datang ke Oranje Electro Bioscoop.


Ruang pertunjukan di bioskop zaman itu dibagi menjadi beberapa kelas dengan harga karcis yang bervariasi. Karcis kelas I yang dijual lebih mahal tentu, diperuntukkan bagi orang Eropa atau mungkin pribumi dari kalangan menak, kelas II, untuk kalangan Timur asing dan pribumi dari kalangan menengah, dan kelas III atau IV untuk kalangan menengah bawah. Pilihan lain untuk menonton film dengan tarif jauh lebih murah adalah di 'feesterrein' (taman hiburan rakyat).
Bagi Anda yang dating dari luar Bandung bisa datang ke tempat ini menggunakan jasa car rental Bandung. Karena dengan car rental Bandung Anda bisa lebih nyaman daripada angkutan umum, kecuali kalau mempunyai kendaraan sendiri.

www.kapanlagi.com

0 komentar:

Posting Komentar