SEKITAR dua atau tiga tahun yang lalu, motor impor dari Cina menggegerkan pasar motor di Indonesia. "Serr dan menggoda siapa saja," ujar Gunadi Sindhuwinata, Wakil Presiden Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Harga jual motor murah yang ditawarkan motor Cina (mocin) adalah daya tarik utamanya. Bentuknya pun tak kalah dengan model motor yang sudah lebih dulu beredar di pasar. "Bentuknya kan cantik, tuh. Mirip-mirip Supra (yang harganya saat itu Rp 12 juta)," ujar Hidayat Jaelani,
Produsen motor di Cina memang memproduksi sepeda motor jenis bebek dengan model mirip Honda Astrea Supra, Grand, Impressa, atau juga Honda Futura. Karena pasar begitu antusias, importir berbondong-bondong memasukkan motor Cina dengan berbagai merek. Sebut misalnya Dast, Garuda, Jianshe, Jincheng, Sanex, Starway, atau Triumph. Eh, siapa sangka pasar yang laris manis itu menjadi tawar bersamaan dengan makin bergairahnya para importir mocin membanjiri pasar. Menurut Ridwan, kalau melihat data pendaftaran nomor baru di polisi, pasar mocin menurun dari 22 persen pada permulaan mocin menggebrak pasar menjadi tinggal 12 persen pada beberapa bulan terakhir
Kalaupun mocin telah berhasil menguasai 20 persen pangsa pasar motor, untuk mempertahankannya kini para importir mocin harus berupaya ekstrakeras. Sebab, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) banyak menerima pengaduan tentang kualitas sepeda motor dari Cina. "Ada yang rontok mesinnya, dan spare part-nya tidak ada. Munculnya keluhan-keluhan, diperkuat dengan iklan gencar para pesaing yang mempertegas keluhan semacam itu, mau tak mau akhirnya melahirkan citra mocin sebagai produk berkualitas payah
Jadi, jangan heran bila motor yang sekarang dijual dengan merek A, karena tidak laku, besoknya barang yang sama sudah berubah menjadi merek B. Tinggal konsumen yang harus jeli memilih
Temukan info lebih lengkap seputar jual motor
0 komentar:
Posting Komentar