Seni Foto Gerak Cepat dan Studio Foto Non-digital



Dulu setiap akhir pekan banyak pasangan muda-mudi mengabadikan kisah mereka dengan foto bersama di sini,” kisah Nurul Hidayah (43) mengenang ramainya studio foto yang berjaya sekitar tahun 1980-an.

Kini studio foto yang bernama ”Seni Foto Gerak Cepat” yang terletak di sudut Kampung Melayu, Semarang, Jawa Tengah, itu seperti semakin kehilangan daya pikatnya. Gambar pemandangan indah, rumah mewah, serta ruang tamu yang dulu dipakai sebagai latar studio semakin rapat tergulung dan tampak lusuh.

Pencahayaan dalam studio yang terbuat dari susunan kap lampu penerang jalan hanya menyala sesekali. Peralatan pencetak negatif film atau enlarger dibiarkan berkarat. ”Paling-paling sekarang hanya pasfoto, itu saja hanya tetangga dekat yang datang kemari,” ungkap Nurul.

Nurul, ibu dua anak ini, memproses foto sendiri dari memotret hingga cuci cetak. Keahlian melakukan proses cuci cetak film yang rumit tersebut dia peroleh dari Ali bin Abdullah Machroos, ayahnya yang juga salah satu pelopor kios pasfoto di sekitar Pasar Johar.

Studio foto ini pun seperti kehilangan gerak cepatnya dengan mengandalkan kamera manual merek Fujica saat bersaing dengan canggihnya studio foto baru di Semarang.

Sementara itu, kemudahan teknologi kamera digital yang tak terelakkan semakin meminggirkan usaha foto yang telah dirintis sekitar 37 tahun silam. Seni mengolah dari mencuci hingga mencetak film yang diwariskan turun temurun sepertinya akan terhenti pada generasi ketiga pemilik studio ini.

Entah sampai kapan ”idealisme” studio foto nondigital itu akan bertahan….

cetak.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar