Badut Sulap dan Sejuta Keceriaan dan Tawa



Charlie Chaplin pernah bilang, “Cuma badut yang bisa membuat manusia terbang ke awan, bukannya para politikus yang tukang berantem,” mulai terbukti kebenarannya.

Profesi badut sebenarnya tak kalah tua dengan kemampuan manusia berpolitik praktis. Konon, sejak zaman Yunani dan Romawi kuno, sudah ada manusia penghibur yang memoles wajahnya dengan bedak tebal dan berpakaian aneh, serta fasih memperagakan mimik-mimik lucu.

Mereka tak hanya membuat tertawa orang-orang kaya yang stres lewat pertunjukan. Tapi juga menghibur dan mencari nafkah di jalan-jalan alias ngamen. Dengan kemampuan berpantomim dengan gerakan-gerakan slapstik yang konyol, boleh jadi badut sulap adalah salah satu penjaja hiburan jalanan tertua di dunia.

Belakangan, istilah badut sendiri melebar ke mana-mana. Lihat saja, hampir semua pelawak dan pemancing tawa kini juga kerap dijuluki sebagai badut. Bahkan orang serius yang sedang bertingkah laku konyol pun dikatai badut. Ya, sebagai istilah, badut memang mengalami perluasan makna.

Tapi kalau melihat sejarahnya, badut mengacu pada seseorang yang punya dandanan lucu (kadang meniru karakter komik). Selain itu, didukung make-up tebal cenderung menor, hingga kostum berwarna norak nan unik. Ditambah kemampuan memperagakan mimik lucu dan gerakan-gerakan konyol, tanpa sedikit pun melepas kata-kata. Inilah yang membedakannya dengan pelawak konvensional. Badut mulai berkembang seiring perkembangan zaman, misalnya badut pesta, badut ulang tahun, dan beberapa tempat juga ada sanggar badut.

Menjelang era perfilman modern, karakter badut mengilhami banyak tokoh bisnis hiburan. Komedian Charlie Chaplin dan Buster Keaton misalnya, mengadopsi spirit para badut dalam semua film bisunya. Mulailah perkembangan era baru perbadutan, dari awalnya mengamen di jalan, menjadi bagian tak terpisahkan dari bisnis hiburan.

Kini, badut-badut sulap bisa dengan mudah ditemukan di berbagai tempat hiburan, semisal badut pesta, badut ulang tahun. Tentu, dengan beragam aksesori tambahan yang makin bikin geregetan. Uniknya, dengan tujuan yang selama berabad-abad lamanya tak pernah berubah, untuk memancing tawa dan menghibur siapa pun yang memandangnya.

Barangkali benar kata penulis lagu beken Amerika, Cole Porter (1893-1964): “All the world loves a clown.” Ya, sepertinya memang tak seorang pun di muka bumi ini yang tak suka badut. Tak salah kalau dia layak diberi gelar warga favorit dunia.

forumkami.com

Temukan semuanya tentang Bisnis & Pasang Iklan: Iklan & Jasa - Iklan Baris & Iklan Gratis - Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar