Rencana pemerintah menaikan harga gas untuk industri membuat khawatir perajin keramik di sentra kerajinan keramik Purworejo Klampok Banjarnegara, Jawa Tengah.
Kenaikan tersebut dikhawatirkan bisa memukul Kerajinan Keramik yang sudah ada puluhan tahun tersebut. “Kami masih konsentrasi memperbaiki kinerja usaha kami agar mampu bersaing dengan keramik Cina, jangan sampai ada kenaikan harga gas,” terang Supriyanti, 45 tahun, perajin keramik Usaha Karya saat dihubungi Rabu (31/3).
Supriyanti mengatakan, di Purworejo Klampok ada ratusan perajin yang menggunakan gas untuk membakar keramik mereka. Untuk sekali pembakaran, mereka membutuhkan 300 kilogram gas. Setiap 50 kilogram gas, mereka membelinya Rp 385 ribu. “Itu sudah sangat tipis marjinnya,” katanya.
Ia berharap, jika pemerintah jadi menaikan gas untuk industri, ada subsidi bagi perajin keramik. “Kalau sampai naik 15 persen, akan banyak perajin yang kolaps,” imbuhnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Minuman dan Makanan Banyumas, Gunawan Santoso mengatakan pemerintah sebaiknya melindungi industri kecil dengan tidak menaikan gas bagi industri makanan dan minuman. “Banyak pengusaha yang sudah beralih ke gas tiga kilogram yang dinilai masih murah,” katanya.
Apalagi saat ini gas tiga kilogram harganya sedang turun. Penurunan harga gas tersebut dipicu oleh kebijakan Pertamina yang mengharuskan setiap agen menjual 1.500 tabung dalam satu hari.
Kepala Bagian Perekonomian Sekertariat Daerah Kabupaten Banjarnegara, Basuki Abdullah mengatakan, pemerintah belum mempunyai skema membantu perajin keramik jika harga gas naik. “Kami sebenarnya masih menunggu, jadi atau tidaknya harga gas naik,” katanya.
Menurutnya, pemerintah hanya bisa berupaya untuk meningkatkan daya saing Kerajinan Keramik lokal. Selain itu, promosi kerajinan lokal juga terus ditingkatkan.
tempointeraktif.com
0 komentar:
Posting Komentar