Pulau Tidung, inilah "Bali"-nya Kepulauan Seribu. Kata-kata yang digaungkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Tentu yang dimaksud dengan "Bali" adalah pesona pantai dan laut yang terkenal di seantero dunia. Pulau Tidung pun memiliki potensi yang sama. Pasir putih menawan dan laut biru bening.
Jika Anda mencari tempat wisata ala pantai Bali dengan bujet tipis, Pulau Tidung adalah jawabannya. Hanya dengan bujet kurang dari Rp 500 ribu, Anda sudah bisa mendapatkan penginapan selama semalam, makan, transportasi kapal dari dan ke daratan Jakarta, sampai aktivitas permainan air.
Pulau Tidung terdiri dari dua pulau, Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Luas keseluruhan Pulau Tidung hanya 54 hektar. Tak butuh waktu lama untuk mengelilingi pulau ini. Apalagi Anda bisa menyewa sepeda untuk berkeliling pulau. Malas bersepeda? Naik saja becak dan minta tukang becak membawa Anda berjalan-jalan di Pulau Tidung. Becak yang menggunakan sepeda motor ini pun murah, mulai dari Rp 5.000 saja.
Mampir ke Tidung, maka tak lengkap tanpa melewati Jembatan Cinta. Jembatan sepanjang kira-kira 800 meter yang terbuat dari kayu itu menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil.
Berjalan di jembatan kayu ini memberikan sensasi tersendiri. Laut yang dangkal nan bening, membuat Anda bisa melihat karang-karang di dasar laut. Setiap sudut titian kayu begitu cantik. Tak heran banyak pengunjung yang asyik berfoto di sini.
Tepat di jembatan yang melengkung banyak pengunjung yang menguji nyali untuk melompat dari ketinggian jembatan ke laut. Konon, jika Anda melompat sebanyak tujuh kali berturut-turut, Anda akan mendapatkan jodoh. Boleh percaya, boleh tidak, namun inilah salah satu aktivitas favorit para pengunjung Pulau Tidung. Jembatan kayu ini sempat rusak dengan bolong di sana-sini. Namun kini tengah dilakukan perbaikan pada jembatan yang menjadi ikon wisata Pulau Tidung.
Kemisteriusan Pulau Tidung pun bertambah dengan adanya kuburan tua di Pulau Tidung Kecil. Tak ada sumber sejarah tertulis yang menyebutkan siapa yang dimakamkan di kuburan tersebut. Namun, secara turun temurun kuburan dikenal sebagai Panglima Hitam. Warga setempat mempercayai Panglima Hitam sebagai orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Tidung. Warga setempat bahkan wisatawan banyak yang berziarah ke makan tersebut.
Tak lengkap rasanya berkunjung ke Pulau Tidung tanpa berolahraga air. Anda bisa bermain-main dengan banana boat, kano, snorkeling, atau bahkan diving. Khusus untuk snorkeling dan diving, Anda perlu menyewa perahu untuk membawa Anda ke titik-titik yang memiliki panorama bawah laut lebih cantik.
Sekadar berenang di Pulau Tidung pun mengasyikkan. Tipikal laut dangkal yang hanya satu sampai dua meter itu juga cocok sebagai tempat anak-anak bermain air laut dengan aman. Menatap panorama Tidung di kala matahari terbenam juga menjadi agenda wisata wajib pengunjung. Uniknya, Anda bisa melihat matahari terbenam dan matahari terbit di Pulau Tidung.
Waktu terbaik untuk berkunjung ke Pulau Tidung adalah bulan April sampai Oktober. Berkunjung di luar bulan-bulan ini, maka bersiaplah bertemu badai dari angin musim barat. Belum lagi, sampah menumpuk jadi tamu tambahan Pulau Tidung. Saat angin musim barat, sampah-sampah kiriman dari daratan Jakarta 'nyasar' bertamu di Pulau Tidung.
Tak bisa juga selamanya sampah kiriman dianggap sebagai biang keladi penyumbang sampah di Pulau Tidung. Wisatawan dan penduduk setempat juga memiliki andil untuk tidak membuang sampah sembarangan. Lonjakan wisatawan di tahun 2009 memang berperan pula pada kontribusi sampah di pulau ini.
Anda akan berwisata ke Pulau Tidung? Ingatlah untuk tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, saat snorkeling, jangan menginjak terumbu karang. Perlu berpuluh-puluh tahun untuk mengembalikan terumbu karang yang rusak itu.
kompas.com
Info Terkait
Pulau Bidadari
Pulau Umang
0 komentar:
Posting Komentar