Langsing Sehat dengan Produk, Diet, atau Olahraga?

Berbagai produk pelangsing badan banyak yang menawarkan jaminan kesehatan. Slogan cantik yang langsing lantas ditambah dengan langsing yang sehat. Sangat masuk akal. Produk pelangsingan badan biasanya menawarkan upaya penghancuran racun dalam tubuh, selulit atau lemak di bawah kulit, dan selanjutnya pembentukan lekuk tubuh

Barangkali, tidak ada salahnya mencoba berbagai produk pelangsing selama tidak cekak kantong. Namun, menurut ahli fisiologi olahraga yang juga dosen Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ermita I Ilyas, secara ilmiah sulit dijelaskan cara-cara mekanik dapat mengurangi lemak tubuh. Pengurangan lemak membutuhkan reaksi kimia panjang dan proses ini memerlukan enzim-enzim yang diregulasi hormon-hormon tertentu.


Olahraga


Pandangan soal tubuh langsing memang sebaiknya dikaitkan dengan gagasan soal badan sehat. Olahraga menjadi satu hal terpenting. Anjuran berolahraga memang sangat kerap dilontarkan. Saking kerapnya, orang sampai bosan mendengar.


Olahraga sangat penting untuk menurunkan berat badan. Selain dapat mengurangi jumlah lemak tubuh, olahraga juga meningkatkan masa tubuh dan mengencangkan otot. Pada saat berolahraga aerobik, hormon katekolamin akan dilepaskan dan hormon ini akan merangsang terjadinya pemecahan simpanan karbohidrat (glikogen) di otot.


Olahraga juga meningkatkan efisiensi dan kemampuan jantung, paru, pembuluh darah, serta mengontrol kadar gula darah melalui perbaikan sensitivitas reseptor insulin. Dengan demikian, olahraga juga baik untuk penderita diabetes melitus, hipertensi, serta mencegah osteoporosis dan memperlambat penurunan daya ingat. Olahraga juga memberi rasa bahagia dan segar sebab dapat meningkatkan produksi hormon endorfin.


Yang pasti, manfaat olahraga adalah agar tubuh singset dan otot bertonus (kencang). Untuk itu, latihan beban yang dinamis perlu dilakukan. Olahraga juga bisa menjadi semacam
terapi stroke karena olahraga teratur bermanfaat bagi jantung.


”Bukan untuk gedein atau membentuk tubuh seperti Ade Rai (bulk) atau kuat biar bisa angkat besi. Tonus perlu untuk mereka yang sudah berumur di atas 50-an tahun, apalagi perempuan yang sudah menopause,” terang Ermita.


Meskipun masih muda, jika mengikuti program penurunan berat badan, sebaiknya mulai dengan latihan beban ringan. Apalagi jika sebelumnya obes atau obes berat.


”Ini untuk mencegah bagian tubuh yang kehilangan lemak di bawah kulit tidak menggantung”. imbuh Ermita.


Diet dan terapi perilaku


Selain olahraga, diet atau pengaturan makanan dan terapi perilaku sangatlah penting untuk proses penurunan berat badan. Diet biasanya adalah kombinasi berbagai jenis diet yang disesuaikan dengan kondisi seseorang. Jangan sampai diet justru menyebabkan timbulnya penyakit lain atau kekurangan bahan nutrien yang penting. Adakalanya dalam melakukan diet plus melakukan
massage girl untuk menjaga kesehatan tubuh.


”Agar berhasil, konsultasilah secara intensif dengan dokter dan ahli gizi. Biasanya, diet yang diberikan diet rendah kalori seimbang. Jumlah kalori diberikan bertahap,” jelas Ermita.


Adapun terapi perilaku diberikan bagi mereka yang mempunyai kebiasaan makan buruk, misalnya, makan berlebih tanpa bisa menahan diri.


Terapi perilaku antara lain dengan makan tidak terburu-buru. Jauhi restoran dengan makanan ”enak” (padat lemak), jauhi membeli camilan apalagi sampai disimpan di rumah atau di kantor, dan yang terpenting jauhi stres karena bisa memicu nafsu makan.


”Sebaiknya saat memasuki usia 45 tahun, batasi makanan tersebut. Di atas usia 50 tahun, lupakan. Oya, kebanyakan karbohidrat sama jeleknya dengan makan banyak gorengan atau berlemak. Semua itu bisa menggemukkan,” papar Ermita lagi.


Jangan lupa juga galakkan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan sebagai sumber serat. Sangat baik untuk menyehatkan pencernaan dan tubuh secara keseluruhan.


www.kompas.com

Dukung kampanye
stop dreaming start action

0 komentar:

Posting Komentar