Pengiriman Via Laut Turun Drastis

Volume angkutan barang di dalam negeri melalui moda transportasi laut pada kuartal 1/2009 merosot 32,39% menjadi 28,63 juta ton dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama 2008 sebesar 42,35 juta ton. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan kelesuan sektor industri dan kegiatan ekspor impor berdampak cukup besar terhadap volume angkutan barang jasa ekspedisi dengan kapal. "Pengiriman barang ekspedisi lewat laut itu untuk impor dan ekspor. Saat ini, sektor industri melemah dan kegiatan ekspor impor juga menurun, sehingga barang yang diangkut berkurang," ujarnya. Dia memaparkan nilai ekspor nonmigas Indonesia pada 3 bulan pertama tahun ini tercatat USS 19,58 miliar atau turun 25,69%, sedangkan ekspor migas turun 32,13% menjadi US$22,9 miliar, dibandingkan dengan ekspor migas pada periode yang sama tahun lalu.

"Penurunan impor lebih besar yakni 35,85% menjadi US$19,07 miliar, sementara impor nonmigas turun 30,03% menjadi hanya US$15,91 miliar," kata Rusman. Pada kuartal 1/2009, penurunan terbesar volume angkutan barang terjadi di Pelabuhan Balikpapan, yakni 48,67% menjadi 2,16 juta ton. Adapun pada Maret, penurunan volume terbesar apabila dibandingkan de-ngan penurunan bulan sebelumnya terjadi di Pelabuhan Makassar. Volume angkutan barang di pelabuhan itu hanya 23.000 ton atau anjlok 86,26% dibandingkan dengan volume angkutan Februari 167.350 ton. Berdasarkan laporan BPS, anjloknya volume angkutan tersebut dikarenakan merosotnya pengiriman Semen Bosowa hingga 96,1%, yakni dari 47.300 ton pada Februari menjadi hanya 1.800 ton pada Maret.


Biaya angkut turun

Merosotnya volume angkutan barang
jasa ekspedisi di dalam negeri ini berdampak pada penurunan biaya angkut ekspedisi dengan kapal atau freight. Menurut Direktur Utama PT Gurita Lintas Samudra Soenarto, freight di dalam negeri merosot akibat ketidakseimbangan antara jumlah kapal dan muatan yang tersedia. Menurut dia, kondisi ini akan memaksa kapal berbendera Indonesia atau perusahaan jasa ekspedisi mencari muatan ke luar negeri karena biaya angkut di pasar internasional mulai membaik. "Kapal berbendera Indonesia bisa hengkang karena freight di dalam negeri jatuh dan dinilai tidak menguntungkan," katanya belum lama ini. Selain angkutan barang merosot, BPS juga mencatat penurunan jumlah penumpang kapal pada Januari-Maret tahun ini sebesar 2,68% menjadi 1,4 juta orang, dibandingkan dengan periode yang sama 2008. "Hal ini sekaligus membuktikan bahwa moda angkutan laut semakin tidak favorit. Perusahaan jasa ekspedisi Angkutan udara lebih menarik karena tarifnya sudah tidak signifikan [terjangkau]," ujar Rusman.


www.bosowa.co.id


Dukung kampanye
stop dreaming start action sekarang

0 komentar:

Posting Komentar