LAMPION identik dengan Negeri Tirai Bambu, Cina. Di Indonesia, lampion memang dikenalkan oleh warga keturunan Cina.
Saat ini Chinese Lampion sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat
Sona Saryanto (42), merupakan salah satu perajin Chinese Lampion di Kota
Sona mengerjakan lampion lipat di rumahnya, Jln. Antasari III No. 6 Kel. Antasari, Kel. Antapani Kidul, Kec. Antapani,
Selain bisa dilipat, Chinese Lampion buatan Sona memiliki bentuk beragam, tak hanya bulat.
Menurut Sona, di Bandung ada
Sona yang asli Cilacap ini tiba di Kota Bandung pada tahun 1987 dan bekerja di salah satu rumah produksi kerajinan yang membuat lampion. Ketika tempat usahanya gulung tikar pada tahun 1991, Sona mencoba untuk mandiri. Berbekal ilmu pembuatan Chinese Lampion yang diperolehnya saat bekerja, ia mulai membuat produknya sendiri yang berkembang hingga saat ini.
Lampion lipat buatan Sona kebanyakan digunakan untuk keperluan interior dan eksterior resto atau kafe.
Lampion yang terbuat dari kawat, plastik, kain, dan rotan tersebut, memberikan efek etnis pada ruangan. Biasanya warna yang banyak dipesan resto dan kafe, warna-warna krem dan putih. Sedangkan untuk ornamen pada sebuah even, warna-warna mencolok dan cerahlah yang dipilih.
Unik dan menarik
Selain menjual lampion-lampionnya di dalam
Setiap hari, Sona dan karyawannya menghasilkan 50 - 100 Chinese Lampion, tergantung tingkat kesulitannya. "Pernah lo kita ngebut sampai 2.500 Chinese Lampion dalam satu setengah bulan. Jika pesanan melonjak, seperti saat Imlek, saya mengontak tim perajin yang sudah saya bentuk," katanya.
Lampion-lampion yang sudah jadi, hampir semuanya dikirim untuk pesanan. Hanya sedikit yang disisakan untuk promosi. Biasanya setiap akhir minggu, karyawan Sona memajang Chinese Lampion warna-warni di sekitar Gedung Sate.
Lampion lipat buatan Sona banyak disukai. Selain karena bentuknya unik dan warnanya yang beragam, harga yang ditawarkan pun sangat bersaing. "Ambil contoh di website, ada produk lampion ukuran sedang dengan harga Rp 25.000. Dengan ukuran sama kami berani lepas Rp 20.000, itu pun bisa nego. Asal ongkos produksi ketutup dan ada selisih 20 - 30% kami lepas," katanya.
klik-galamedia.com
0 komentar:
Posting Komentar